TfCoGfr6GSCiBSC7BSYpTpO6BY==
Berita
Terpanas

Gerakan Self-Love: Rumah Perlindungan Diri dan Pendampingan Nakes Menuju Indonesia Emas 2045

Ukuran huruf
Print 0


Klikpantura.com Di zaman yang serba cepat ini, orang bisa dengan mudah membeli kecantikan, tapi sulit menemukan ketenangan. Dunia berubah menjadi panggung besar tempat manusia berlomba-lomba menjadi versi terbaik dirinya, setidaknya di foto. Di tengah hiruk pikuk itu, lahirlah gerakan self-love. Bukan sekadar tren media sosial, melainkan panggilan agar manusia, terutama generasi muda, belajar melindungi diri dari kerusakan fisik dan mental yang kian nyata.

Gerakan self-love berangkat dari kesadaran sederhana bahwa tubuh bukan pajangan dan pikiran bukan tempat sampah bagi tekanan sosial. Kampanye ini mengajak anak muda berhenti mengukur nilai diri dari bentuk wajah atau jumlah pengikut di media sosial. Kesehatan tubuh jauh lebih penting daripada sekadar tampil cantik; organ dalam perlu dijaga daripada kecantikan riasan luar.

Namun, di tengah semangat itu, muncul paradoks. Banyak orang berbicara tentang self-love, tapi lupa bahwa mencintai diri tidak mudah dalam sistem sosial yang abai. Ketika layanan kesehatan masih mahal dan tenaga medis kewalahan, self-love berubah menjadi wacana kosong. Tidak semua orang bisa self-care jika biaya konsultasi psikolog setara satu bulan uang makan.

Kecantikan, Moral, dan Kepedulian Kesehatan Tubuh

Perempuan muda kini hidup di antara dua tekanan: tuntutan untuk cantik dan tuntutan untuk bermoral. Saat mereka merawat tubuh, muncul cibiran “terlalu modern”. Saat mereka menolak standar kecantikan, mereka disebut “tidak peduli terhadap diri”. Dunia seolah lupa bahwa perempuan punya hak atas tubuhnya tanpa perlu penjelasan panjang.

Operasi plastik, diet ekstrem, dan iklan kecantikan yang menjanjikan kesempurnaan instan menjadi simbol zaman yang lebih peduli pada tampilan ketimbang kesehatan. Banyak perempuan rela mengorbankan kesehatan organ tubuh demi wajah ideal. Dari kerusakan hati akibat obat pelangsing hingga gangguan hormon karena kosmetik ilegal — semuanya bukti bahwa tubuh manusia kini hidup di bawah tekanan industri penampilan.

Gerakan self-love datang untuk menyeimbangkan keadaan itu. Ia tidak menolak kecantikan, tapi menolak tindakan medis berlebihan yang merusak tubuh dan jiwa. Menjaga diri bukan berarti menolak perawatan, melainkan menolak tindakan medis berlebihan terhadap kesehatan.

Rusia, China, dan Indonesia: Antara Disiplin dan HAM

Menarik menilik kebijakan negara lain. Rusia dan China, misalnya, menertibkan perilaku sosial dengan disiplin keras dan penegakan hukum tegas dengan menutup ruang bagi peredaran narkoba, membatasi alkohol, bahkan mengawasi perilaku yang dianggap menyimpang. Banyak yang menilai pendekatan ini melanggar hak asasi, tapi hasilnya efektif menekan penyalahgunaan narkoba dan miras.

Indonesia tentu tidak bisa meniru sepenuhnya. Kita hidup dalam sistem demokrasi yang menghormati kebebasan. Namun, kebebasan sering dijadikan alasan untuk menghindari tanggung jawab. Negara takut disebut mengekang, masyarakat takut dianggap kolot, dan remaja dibiarkan menafsirkan kebebasan dengan caranya sendiri.

Yang dibutuhkan bukan pelarangan dan bukan pembiaran, melainkan pendampingan.


Pendampingan Tenaga Kesehatan: Strategi Nyata

Salah satu gagasan penting untuk memperkuat kesehatan fisik dan mental generasi muda adalah menghadirkan tenaga kesehatan pendamping. Dalam sistem resilient and responsive health, satu tenaga medis bisa mendampingi seribu hingga dua ribu orang secara aktif. Ia tidak hanya menunggu pasien di puskesmas, tapi hadir di tengah masyarakat melalui kunjungan rumah, pendampingan keluarga, dan pemantauan kesehatan rutin.

Model ini terbukti efektif di banyak negara. Pendampingan menurunkan angka penyakit menular, meningkatkan kesadaran kesehatan, dan mempererat hubungan sosial antara masyarakat dan tenaga medis. Pendekatan ini tidak hanya mengobati, tapi juga mendidik.

Bayangkan jika setiap keluarga punya hubungan langsung dengan petugas kesehatan yang mengenal mereka,  bukan sekadar nama di daftar pasien, tapi manusia dengan latar dan risiko yang berbeda. Dengan cara ini, pencegahan HIV/AIDS, narkoba, hingga kekerasan seksual dapat dilakukan sejak dini, bukan setelah terlambat.

Dari Poster ke Pendampingan

Kampanye kesehatan kita sering berhenti di permukaan. Poster “Say No to Drugs” bertebaran, tapi tak ada ruang aman bagi remaja untuk bertanya, “Bagaimana kalau saya sudah terlanjur mencoba?” Seminar tentang pergaulan bebas berjalan meriah, tapi pembicara lebih sibuk menasihati daripada mendengar.

Kita lupa: remaja bukan objek untuk diselamatkan, melainkan subjek yang perlu dilibatkan. Mereka butuh ruang untuk bicara tanpa dihakimi, tempat belajar tentang tubuh tanpa rasa malu. Self-love bisa menjadi pintu masuk untuk itu , bukan sekadar motivasi, tapi gerakan sosial yang menumbuhkan kesadaran akan tanggung jawab terhadap diri dan sesama.

Jika gerakan ini disatukan dengan sistem pendampingan tenaga kesehatan, ia akan menjadi rumah perlindungan diri yang nyata.

Menuju Indonesia Emas 2045: Sehat dan Peduli

Visi “Indonesia Emas 2045” hanya akan terwujud jika manusianya sehat secara fisik dan mental. Generasi emas tak akan lahir dari generasi yang cemas dan kehilangan arah. Gerakan self-love bisa menjadi fondasi moral dan sosial menuju generasi emas. Gerakan self-love mengajarkan bahwa mencintai diri bukan berarti egois, melainkan bertanggung jawab.

Kita tak perlu meniru cara tegas Rusia dan China. Kita hanya perlu lebih peduli, lebih hadir, dan mendampingi setiap orang. Sebab bangsa kuat dibangun bukan dengan ketakutan, tapi dengan kesadaran.

Self-love bukan sekadar kampanye, tapi keberanian untuk merawat diri di tengah dunia yang sibuk menjual citra. Self-love adalah bentuk perlindungan agar manusia tidak menjadi korban gaya hidup yang menipu. Dengan pendampingan tenaga kesehatan yang datang ke rumah, kita sedang menyiapkan fondasi bagi Indonesia untuk mempersiapkan generasi emas.

Penutup Reflektif

Gerakan self-love bukan jargon kosong, tapi panggilan nyata agar individu, masyarakat, dan negara berani menjaga kesehatan jiwa raga. Di tengah janji kemajuan, jangan sampai kita lupa bahwa fondasi bangsa adalah manusia yang sehat fisik dan mental — bukan sekadar hitungan statistik.

Kita harus melakukan tindakan membangun rumah perlindungan yang melindungi setiap individu untuk membentuk ketahanan keluarga Indonesia. Dengan self-love: rumah perlindungan diri dan pendampingan oleh nakes, maka Indonesia Emas 2045 akan lahir sebagai kenyataan, bukan mimpi di atas kertas.

Daftar Referensi

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI). (2023). Penanganan Kesehatan Mental di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian DPR RI.

Pemerintah Indonesia. (2024). Menuju Indonesia Emas: Revolusi SDM Kesehatan untuk Generasi 2045. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Psikologi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA). (2025). Self-Love dari Sudut Pandang Psikologi. Sidoarjo: Fakultas Psikologi UMSIDA.

Universitas Gadjah Mada (UGM). (2023). Hasil Survei I-NAMHS: Masalah Kesehatan Mental Remaja di Indonesia. Yogyakarta: Pusat Studi Kesehatan Masyarakat UGM.

YAPPI Makassar. (2024). Analisis Kondisi Kesehatan Mental di Indonesia dan Strategi Penanganannya. Makassar: Jurnal STIAYAPPI.

Biodata Penulis

Novita Sari Yahya adalah penulis dan pemerhati isu sosial-budaya, kesehatan masyarakat, serta pendidikan karakter. Ia aktif menulis opini reflektif bertema perempuan, generasi muda, dan kebijakan publik.

Gerakan Self-Love: Rumah Perlindungan Diri dan Pendampingan Nakes Menuju Indonesia Emas 2045
Baca Juga
Next Post

0Komentar

Tautan berhasil disalin