Klikpantura.com Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada 28 Oktober 1928 merupakan tonggak penting dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Melalui sumpah ini, para pemuda menyatakan komitmen mereka untuk menjaga persatuan Indonesia, menghilangkan perpecahan, dan mengutamakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Teks Sumpah Pemuda berbunyi:
1. Kami, putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah satu, tanah air Indonesia.
2. Kami, putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
3. Kami, putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Semangat Sumpah Pemuda menjadi landasan persatuan bangsa dan inspirasi bagi keterlibatan pemuda dalam berbagai peristiwa politik, mulai dari Proklamasi Kemerdekaan hingga Reformasi 1998.
Peran Pemuda dalam Proklamasi Kemerdekaan
Menjelang Proklamasi Kemerdekaan, terjadi perbedaan pandangan antara golongan tua (Soekarno dan Hatta) dan golongan muda. Sutan Syahrir, yang mengetahui Jepang telah menyerah melalui siaran radio luar negeri, mendesak agar proklamasi segera dilakukan tanpa menunggu persetujuan Jepang atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Perbedaan sikap ini memuncak pada peristiwa Rengasdengklok, ketika sekelompok pemuda dari asrama Menteng 31 dan Prapatan 10 menculik Soekarno dan Hatta untuk mendesak mereka menyatakan kemerdekaan.
Sementara itu, Tan Malaka tidak terlibat langsung menjelang 17 Agustus 1945; perannya lebih dominan pasca-proklamasi. Rapat Raksasa Ikada, yang melibatkan pemuda seperti Daan Yahya, baru dilaksanakan pada 19 September 1945, sebagai aksi dukungan rakyat terhadap pemerintah Republik Indonesia.
Keberanian dan idealisme pemuda akhirnya memastikan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dideklarasikan pada 17 Agustus 1945.
Pemuda dan Transisi Politik Orde Lama pemuda juga memainkan peran penting dalam transisi dari Orde Lama ke Orde Baru melalui demonstrasi dan mobilisasi politik. Aksi-aksi mahasiswa berhasil menekan rezim Soekarno dan membuka jalan bagi naiknya Soeharto.
Namun, banyak pemuda idealis pada periode tersebut kemudian menempati posisi birokrasi dan politik di pemerintahan baru. Idealismenya diuji oleh tanggung jawab struktural dan praktik kekuasaan, memperlihatkan dinamika antara idealisme moral dan pragmatisme politik.
Orde Baru dan Fenomena Bapakisme
Era Orde Baru menghadirkan dinamika baru bagi pemuda. Konsep "bapakisme", yang dijelaskan oleh beberapa sosiolog politik, menunjukkan kecenderungan pemuda mengikuti figur senior atau pemimpin kuat, alih-alih mengedepankan idealisme kolektif. David Brown mengilustrasikan konsep ini dalam konteks pemerintahan Indonesia.
Pemuda pada awalnya beradaptasi dengan budaya birokrasi Orde Baru, yang menekankan loyalitas, stabilitas politik, dan pembangunan ekonomi, namun harus menyeimbangkan nilai idealisme dengan kompromi terhadap struktur kekuasaan. JJ Rizal menyoroti bahwa sebagian pemuda pada era 1998 belum siap menghadapi dampak "bapakisme" dalam partai politik.
Reformasi 1998 dan Kembalinya Semangat Pemuda
Pemuda kembali menempati posisi sentral dalam Reformasi 1998, terutama melalui gerakan demonstrasi mahasiswa yang masif. Gerakan ini menuntut pengakhiran kekuasaan Orde Baru, termasuk mundurnya Presiden Soeharto dan reformasi politik di Indonesia.
Sejarah menunjukkan bahwa idealisme pemuda sering tergerus ketika mereka memasuki struktur kekuasaan baru. Kompromi politik, ambisi pribadi, dan pengaruh birokrasi dapat menggeser idealisme menjadi pragmatisme politik.
Meski demikian, keterlibatan pemuda dalam reformasi dan politik pasca-reformasi tetap memperkuat posisi mereka sebagai agen perubahan sosial yang krusial, menegaskan kontinuitas semangat idealisme pemuda dari era Sumpah Pemuda hingga era demokrasi sekarang.
Bahasa, Identitas, dan Persatuan Pemuda Bahasa Indonesia, sebagai simbol persatuan dalam Sumpah Pemuda, tetap memainkan peran utama dalam membangun identitas nasional. Pemuda sekarang menghadapi tantangan menjaga semangat kolektif dan integritas identitas bangsa di tengah globalisasi, media sosial, dan perubahan sosial. Pendidikan dan bahasa tetap menjadi instrumen utama dalam membentuk identitas pemuda.
Kesimpulan Sejarah pemuda Indonesia dari Sumpah Pemuda 1928 hingga Reformasi 1998 menunjukkan bahwa idealisme adalah kekuatan utama yang mendorong perubahan sosial dan politik. Meskipun sering diuji oleh kompromi politik, ambisi pribadi, dan dinamika birokrasi, pemuda tetap menjadi agen perubahan yang utama. Teks Sumpah Pemuda tetap menjadi acuan moral dan simbol persatuan bangsa .Sekaligus pengingat bahwa konsistensi dengan idealisme dan menyingkirkan pragmatisme politik dipertimbangkan ketika pemuda masuk kedalam dunia politik.
Daftar referensi
Kahin, G. M. (1952). Nationalism and revolution in Indonesia. Cornell University Press.
Ricklefs, M. C. (2008). A history of modern Indonesia since c. 1200. Palgrave Macmillan.
Vickers, A. (2005). A history of modern Indonesia. Cambridge University Press.
Kumparan. (2024, 30 Maret). Peranan pemuda dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia yang patut diapresiasi. Kumparan. https://m.kumparan.com/sejarah-dan-sosial/peranan-pemuda-dalam-pergerakan-kemerdekaan-indonesia-yang-patut-diapresiasi-22S4bDIVIpO
Katasumbar. (2024, 8 Januari). Mengenal Daan Jahja, urang Minang yang pernah pimpin Jakarta. Katasumbar. https://katasumbar.com/mengenal-daan-jahja-urang-minang-yang-pernah-pimpin-jakarta/amp/
Tribunnews. (2012, 27 Oktober). Generasi muda 1998 durhaka terhadap Sumpah Pemuda. Tribunnews.com. https://m.tribunnews.com/nasional
Novita sari yahya Pemulis dan peneliti.

0Komentar