Klikpantura.com Menyiapkan Generasi sebelum lahir.Kualitas generasi bangsa sesungguhnya ditentukan jauh sebelum seorang anak dilahirkan.
Pemeriksaan kesehatan dan genetik pranikah telah menjadi kebijakan umum di banyak negara mulai dari Malaysia, Singapura, hingga Arab Saudi sebagai upaya mencegah penyakit keturunan dan menyiapkan calon orang tua yang sehat secara fisik dan mental.
Studi di Arab Saudi menunjukkan bahwa program skrining pranikah dapat menurunkan frekuensi pernikahan berisiko hingga 60 persen, sehingga secara signifikan menekan angka penyakit bawaan genetik.
Di Indonesia, Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) juga telah mendorong pelaksanaan skrining calon pengantin (CATIN) di fasilitas kesehatan dasar seperti puskesmas. Pemeriksaan ini meliputi deteksi anemia, thalassemia, HIV, hepatitis B, sifilis, serta konseling gizi dan kesehatan reproduksi.
Tujuannya strategis: memastikan kesiapan fisik, mental, dan biologis pasangan calon pengantin sebelum membangun keluarga. Gaya Hidup dan Kualitas Generasi
Kesehatan anak tidak hanya ditentukan oleh genetik, tetapi juga oleh gaya hidup dan perilaku orang tuanya.
Konsumsi alkohol, penggunaan narkoba, serta pergaulan bebas bukan hanya berdampak moral, tetapi juga biologis karena dapat memicu gangguan hormon, penyakit menular seksual, bahkan kerusakan sistem saraf janin.
Menurut National Institutes of Health (NIH, 2021), zat adiktif yang dikonsumsi selama kehamilan dapat mengakibatkan kerusakan otak janin dan gangguan perilaku anak hingga usia sekolah.
Jika seorang ibu sudah terpapar infeksi atau kerusakan organ akibat gaya hidup berisiko, maka peluang melahirkan anak yang benar-benar sehat akan menurun drastis.
Oleh karena itu, edukasi kesehatan pranikah perlu menekankan pentingnya pola hidup bersih, sehat, dan bertanggung jawab sejak sebelum janji pernikahan diucapkan.
Kemajuan Riset Genetika: Paradigma Baru dalam Pencegahan Penyakit
Kemajuan riset genetika telah membawa paradigma baru dalam pencegahan penyakit, di mana fokus beralih dari pengobatan reaktif ke intervensi proaktif berbasis risiko individu.
Penelitian modern kini diarahkan untuk memetakan rantai DNA guna mengidentifikasi varian genetik yang berpotensi menyebabkan penyakit tertentu.
Meskipun demikian, genetika hanyalah salah satu faktor — lingkungan, gaya hidup, dan interaksi gen-lingkungan juga memainkan peran krusial dalam manifestasi risiko tersebut.
Misalnya, beberapa varian gen diketahui dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap infeksi berat COVID-19 atau lebih sensitif terhadap paparan asap rokok, yang mempercepat kerusakan paru-paru atau meningkatkan risiko kecanduan nikotin.
Melalui pemetaan DNA ini, ilmuwan dapat memprediksi kecenderungan terhadap berbagai kondisi kronis seperti diabetes, hipertensi, kanker, hingga gangguan autoimun. Prediksi semacam ini memungkinkan strategi pencegahan yang dipersonalisasi misalnya dengan penyesuaian pola makan, skrining rutin, atau konseling pranikah berbasis risiko genetik.
Pendekatan preventif ini membuka peluang luas bagi dunia medis, termasuk intervensi dini bahkan sebelum kehamilan terjadi.
Di masa depan, skrining genetik pranikah berpotensi menjadi bagian integral dari pelayanan kesehatan masyarakat Indonesia, terintegrasi dengan program pra-nikah nasional untuk mendeteksi dan mengelola risiko genetik secara berkelanjutan.
Namun, implementasinya memerlukan kolaborasi antara ilmuwan, tenaga kesehatan, dan pemerintah agar aksesnya merata di seluruh lapisan masyarakat.
Dimensi Epigenetik dan Lingkungan Selain genetik, faktor lingkungan juga berperan penting dalam menentukan ekspresi gen.
Konsep ini dikenal sebagai epigenetik, yaitu perubahan fungsi gen yang dipengaruhi oleh lingkungan dan gaya hidup, tanpa mengubah urutan DNA itu sendiri.
Studi Harvard T.H. Chan School of Public Health (2023) menunjukkan bahwa gaya hidup ibu seperti pola tidur, stres, dan paparan rokok dapat mengubah ekspresi gen anak sejak dalam kandungan.
Hal ini berdampak pada meningkatnya risiko obesitas, gangguan metabolik, dan depresi di usia dewasa.
Dengan demikian, menjaga gaya hidup sehat sebelum menikah dan selama kehamilan bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga demi masa depan generasi berikutnya.
Layanan Skrining CATIN di Puskesmas Indonesia Pelayanan skrining CATIN kini semakin luas dan sistematis di berbagai puskesmas di Indonesia.
Contoh Beberapa Puskesmas yang Melakukan Pemeriksaan Calon Pengantin (CATIN)
Pelaksanaan pemeriksaan calon pengantin (CATIN) di berbagai daerah Indonesia menunjukkan variasi pendekatan layanan, namun memiliki tujuan sama: memastikan kesehatan reproduksi, kesiapan fisik, dan mental calon pengantin sebelum menikah. Beberapa contoh puskesmas berikut menunjukkan bagaimana program ini dijalankan di lapangan berdasarkan data yang terverifikasi.
Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Berdasarkan situs resmi Puskesmas Kecamatan Kembangan, layanan Pelayanan Calon Pengantin (CATIN) mencakup serangkaian pemeriksaan yang meliputi:
Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu tubuh) Antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas)
Skrining kesehatan mental dan status gizi Pemeriksaan laboratorium dasar Konseling kesehatan reproduksi dan keluarga berencana
Imunisasi Tetanus bagi calon pengantin perempuan Puskesmas Kembangan menyebut layanan ini sebagai “one day service”, di mana seluruh proses pemeriksaan dan penerbitan Sertifikat Layak Nikah dapat diselesaikan pada hari yang sama.
Selain itu, puskesmas memberikan fasilitas tanpa biaya bagi calon pengantin yang berdomisili di wilayah DKI Jakarta. Pendaftaran dilakukan secara daring melalui tautan resmi yang disediakan oleh puskesmas.
Puskesmas Bugel Kota Tangerang Pemerintah Kota Tangerang menjalankan program skrining calon pengantin melalui aplikasi Tangerang LIVE, khususnya fitur “Pengantin Sehat”.
Melalui sistem ini, calon pengantin dapat melakukan pendaftaran secara daring, memilih jadwal pemeriksaan di puskesmas terdekat, dan memperoleh hasil serta sertifikat di hari yang sama.
Berdasarkan informasi resmi kota, pemeriksaan CATIN mencakup deteksi risiko terhadap berbagai kondisi, seperti:
Anemia dan status gizinPerilaku merokok dan kesehatan jiwa Penyakit menular seperti sifilis, HIV, Hepatitis B, TBC, dan infeksi tetanus Penyakit tidak menular seperti hipertensi dan diabetes
Skrining thalassemia dan gangguan penggunaan NAPZA Unggahan resmi Puskesmas Bugel juga menyebut bahwa pasien dengan KTP Kota Tangerang tidak dikenakan biaya untuk layanan konsultasi dan pemeriksaan kesehatan. Puskesmas Suhaid Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat
Berdasarkan informasi publik dari Dinas Kesehatan Kapuas Hulu, program pemeriksaan calon pengantin telah dijalankan di wilayah tersebut, termasuk di Puskesmas Suhaid.
Ketiga contoh puskesmas di atas memperlihatkan variasi implementasi layanan CATIN di Indonesia.
Puskesmas di wilayah perkotaan seperti Kembangan (Jakarta Barat) dan Bugel (Kota Tangerang) telah memanfaatkan sistem digital dan menerapkan pendekatan pemeriksaan komprehensif, bahkan hingga penerbitan sertifikat di hari yang sama.
Program pemeriksaan CATIN dijalankan dengan mengacu pada Permenkes Nomor 23 Tahun 2023 tentang Peningkatan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Pra-Nikah Regulasi ini menegaskan bahwa skrining pranikah di puskesmas bersifat wajib untuk pasangan calon pengantin, meliputi deteksi penyakit menular, thalassemia, serta konseling kesehatan mental dan gizi.
Integrasi Kebijakan Kesehatan Nasional Skrining CATIN kini menjadi bagian dari program lintas kementerian melalui kolaborasi Kementerian Kesehatan dan Kementerian Agama.
Melalui Program Bimbingan Perkawinan (Bimwin) Sehat, calon pengantin diarahkan untuk menjalani pemeriksaan kesehatan di puskesmas sebelum mengikuti sesi konseling pranikah di KUA.
Pendekatan ini memperkuat agenda “Indonesia Emas 2045” yaitu membangun sumber daya manusia unggul sejak sebelum konsepsi.
Dengan integrasi ini, skrining pranikah bukan hanya langkah medis, tetapi juga kebijakan strategis dalam menurunkan angka stunting, anemia, dan penyakit keturunan genetik seperti thalassemia.
Refleksi Akhir: Dari Diri untuk Negeri Membangun bangsa yang sehat dimulai dari keluarga yang sehat.
Dan keluarga yang sehat hanya dapat terwujud jika calon ayah dan ibu mempersiapkan diri secara sadar dan bertanggung jawab
Pernikahan bukan sekadar penyatuan dua hati, melainkan penyatuan dua garis DNA , dua takdir biologis yang akan menentukan arah generasi mendatang.
Kesadaran ini seharusnya tidak berhenti di tataran individu, melainkan menjadi gerakan nasional:
“Generasi Sehat Dimulai Sebelum Pernikahan.”
Daftar Referensi
1. Kementerian Kesehatan RI. (2023). Permenkes Nomor 23 Tahun 2023 tentang Peningkatan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Pra-Nikah.
2. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 84 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Reproduksi bagi Calon Pengantin.
3. Puskesmas Kecamatan Kembangan – Pelayanan Kesehatan CATIN.
4. Dinas Kesehatan Kabupaten Kapuas Hulu – Program Skrining Calon Pengantin di Puskesmas Suhaid.
5. Dinas Kesehatan Kota Tangerang – Skrining CATIN di Seluruh Puskesmas (Program Pengantin Sehat, 2024).
6. NIH (2021). Effects of Maternal Substance Use on Fetal and Child Development.
7. Harvard T.H. Chan School of Public Health. (2023). Maternal Prenatal Social Experiences and Epigenetic Aging.
8. AlHamdan, N. A., et al. (2012). Saudi Premarital Screening Program: Reduction of At-Risk Marriages by 60%. Annals of Saudi Medicine, 32(6), 603–608.
9. WHO (2013). Preconception Care: Maximizing the Gains for Maternal and Child Health.

0Komentar